BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Permasalahan besar dalam bidang pendidikan di Indonesia
yang lagi banyak diperbincangkan adalah rendahnya mutu pendidikan yang
tercermin dari rendahnya rata-rata prestasi belajar.
(Depdiknas, 2007). Adapun masalah lain adalah bahwa pendekatan dalam pembelajaran
masih terlalu didominasi peran
guru (teacher centered). Guru lebih
banyak menempatkan peserta didik sebagai objek dan bukan sebagai subjek didik.
Pendidikan kurang memberikan
kesempatan kepada peserta didik
dalam berbagai mata pelajaran, untuk mengembangkan kemampuan berpikir holistik (menyeluruh), kreatif,
objektif, dan logis. Akibatnya peserta didik menjadi kurang memahami secara
jelas tentang konsep-konsep fisika dan aplikasinya, sehingga tidak heran jika
mutu pendidikan secara nasional masih rendah.
Berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan terus
diusahakan, diantaranya adalah pembaharuan di bidang pendidikan. Dalam
pembaharuan pendidikan ada tiga masalah pokok yang harus diperhatikan, yaitu
pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran dan efektifitas metode
pembelajaran (Nurhadi, 2003:1). Kualitas proses belajar mengajar di sekolah
harus ditingkatkan juga. Usaha untuk meningkatkan keberhasilan proses belajar
mengajar dilakukan dengan cara melakukan
evaluasi dalam tiap tahapan proses pembelajaran.
Berdasarkan
hasil observasi di SMA yang ada di jember salah satunya yaitu SMA Negeri 2
Jember dan SMA Negeri 5 Jember telah menggunakan performance assessment untuk melakukan penilaian kinerja terhadap psikomotor
siswa. Adapun untuk sekolah di tingkat SMP yang sedang menerapkan performance assessment yaitu SMP Negeri
2 Jember. Meskipun demikian, masih banyak sekolah terutama guru-gurunya yang
belum banyak menggunakan performance
assessment untuk melakukan penilaian kinerja terhadap siswa khususnya dalam
pembelajaran fisika.
Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Sri Astutik tentang implementasi
pengembangan pembelajaran IPA aktif (SAL) dengan menggunakan performance assessment pada mata kuliah
pengembangan pembelajaran IPA terhadap mahasiswa S1 PGSD yang sedang
dilaksanakan. Hal ini dilakukan sebagai upaya bahwa pada pembelajaran IPA
terutama untuk tingkat SD penilaian kinerja ini penting untuk menilai psikomotor
siswa dan sejauhmana keterlibatan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
Evaluasi
atau penilaian merupakan hal yang sangat penting dalam proses pembelajaran
untuk melihat ketercapaian tujuan pembelajaran dan keberhasilan proses
pembelajaran yang dilakukan. Penilaian tersebut meliputi penilaian terhadap
kognitif, afektif dan psikomotor. Akan tetapi berdasarkan kenyataan yang ada
masih banyak para pengajar yang hanya mengutamakan penilaian dari segi
kognitif. Hal ini bisa diketahui dengan seringnya diadakan penilaian hanya
melalui ulangan harian tanpa memperhatikan penilaian kinerja, misalnya
keaktifan siswa dalam diskusi dan percobaan.
Karakteristik
pembelajaran fisika yaitu mempelajari fisika dari konsep yang mudah sampai yang
sulit, dari yang sederhana sampai yang kompleks dari yang konkret sampai yang
abstrak, dari yang mikroskopik sampai makroskopik. Melihat karakteristik
tersebut maka diperlukan penilaian proses dan evaluasi produk dalam
pembelajaran fisika. Penilaian proses dilakukan dengan menggunakan performance assessment.
Performance
assessment sangat penting untuk menilai siswa
dari segi psikomotor meliputi persepsi, kesiapan melakukan pekerjaan,
mekanisme, respon terbimbing, kemahiran, adaptasi, keaslian/organisasi.
Pengembangan keterampilan psikomotor dalam pembelajaran fisika ini sangat
penting untuk mengembangkan kompetensi yang ada dalam diri siswa, sehingga
siswa lebih siap dan paham jika dihadapkan dalam sebuah kegiatan atau
permasalahan yang berkaitan dengan peristiwa yang menunjukkan gejala fisika
dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan permasalahan
di atas maka penulis merasa perlu dan penting melakukan Analisis Performance Assessment dalam Pembelajaran
Fisika Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Pembelajaran di Sekolah.
1.2 Rumusan
Masalah
Adapun
rumusan masalah dalam penulisan karya tulis ilmiah ini yaitu:
Bagaimanakah
penerapan analisis performance assessment
dalam pembelajaran fisika sebagai upaya peningkatan kualitas pembelajaran di
sekolah?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan
rumusan masalah maka tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah
ini adalah untuk mengkaji penerapan analisis performance assessment dalam pembelajaran fisika sebagai upaya
peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah.
1.4 Manfaat Penulisan
1.Bagi
Sekolah
Dengan adanya performance
assessment dalam pembelajaran fisika dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran di Sekolah.
2.Bagi
Guru
Sebagai salah satu bahan
referensi dalam memberikan pemahaman tentang pentingnya penyusunan performance assessment dalam
pembelajaran fisika untuk menilai psikomotor dan keterampilan diri siswa selama
proses pembelajaran.
3.Bagi
Siswa
Performance assessment
sebagai instrumen yang akan memotivasi siswa untuk selalu aktif dan
mengembangkan keterampilan yang dimiliki pada tiap tahapan pembelajaran fisika
karena penilaian dilakukan terus selama proses pembelajaran.
BAB
2 TELAAH PUSTAKA
2.1 Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan
Teori kurikulum menyatakan
bahwa kurikulum yaitu sebagai perangkat pernyataan yang memberikan makna
terhadap kurikulum sekolah, makna tersebut terjadi karena adanya penegasan
hubungan antara unsur-unsur kurikulum karena adanya petunjuk perkembangan,
penggunaan dan evaluasi kurikulum. (Sukmadinata, 2009:27)
Kurikulum adalah
seperangkat rencana atau pengaturan mengenai tujuan, isi dan materi
pembelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini
meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi
dan potensi daerah, satuan pendidikan dan siswa. Oleh karena itu, kurikulum
disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program
pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.
Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan
dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Kurikulum ini dilandaskan
pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dan mengacu pada Standar Isi (SI) dan
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) serta berpedoman pada panduan yang disusun
oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Kurikulum ini berlaku pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Prinsip-prinsip
pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan antara lain:
a.
Berpusat
pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan siswa dan lingkungannya.
Kegiatan
pembelajaran berpusat pada siswa untuk mengembangkan kompetensisnya agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Pengembangan kompetensi siswa disesuaikan dengan potensi
perkembangan,kebutuhan, dan kepentingan siswa serta tuntutan lingkungan.
b.
Beragam
dan Terpadu
Pengembangan
kurikulum memperhatikan keragaman karakteristik siswa, kondisi daerah, jenjang
dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak diskriminatif terhadap
perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial, ekonomi, dan
gender. Kurikulum haruslah luas mencakup seluas-luasnya mata pelajaran dan
muatan di setiap mata pelajaran harus ada keterkaitan di antara butir-butir
kurikulum.
c.
Tanggap
terhadap perkembangan Ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
Pengembangan
kurikulum berdasarkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang berkembang
secara dinamis. Sains, teknologi, dan seni berkembang begitu cepatnya.
Kurikulum hendaknya memberikan pengalaman belajar kepada siswa untuk mengikuti
dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
d.
Relevan
dengan Kebutuhan Kehidupan
Pengembangan
kurikulum relevan dengan kebutuhan kehidupan;
kehidupan sehari-hari siswa, kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan
dunia kerja. Oleh karena itu, sudah seharusnya kurikulum mengembangkan beberapa
keterampilan atau keahlian menghadapi hidup (life skills) yaitu keterampilan
pribadi berpikir sosial, akademik, dan vokasinal kurikulum melayani kebutuhan
siswa masa kini dan masa yang akan datang.
e.
Menyeluruh
atau komprehensif dan berkesinambungan
Menyeluruh
atau komprehensif adalah mencakup keseluruhan kompetensi, keilmuan, mata
pelajaran yang dipelajari, metode pembelajran yang dipergunakan dan pengalaman
belajar yang tersedia. Berkesinambungan artinya keseluruhan kompetensi, keilmuan,
dan mata pelajaran itu direncanakan dan disajikan antar sesama jenjang pendidikan.
f.
Belajar
seumur hidup
Siswa
belajar seumur hidup melalui proses pengembangan, pembudayaan, dan
pemberdayaan. Pengembangan kurikulum meliputi pendidikan formal, nonformal, dan
informal dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu
berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
g.
Seimbang
antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Kepentingan
nasional dan daerah yang seimbang, saling mendukung dan memberdayakan bertujuan
untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
2.2 Pembelajaran Fisika
Pembelajaran
merupakan interaksi antara guru dengan peserta didik. Dalam pembelajaran
terdapat dua konsep kegiatan yang tidak
dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya yaitu belajar dan mengajar. Definisi lain tentang belajar
dikemukakan oleh Slameto (2003:2) bahwa belajar merupakan suatu proses
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan temannya melalui
latihan dan pengalaman. Menurut Sudjana (2004:29) mengajar adalah kegiatan
mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar peserta didik sehingga
dapat menumbuhkan dan mendorong peserta didik melakukan proses belajar.
Berdasarkan
definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar dan mengajar merupakan
kegiatan dalam pembelajaran yang didalamnya terjadi interaksi antara guru
dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik dan peserta didik
dengan lingkungan.
Pembelajaran
fisika adalah upaya sistematik untuk membantu peserta didik dalam proses
belajar mengajar untuk mempelajari fisika. Pembelajaran fisika dikatakan baik,
bila peserta didik dapat menguasai fisika tentang : (1) prinsip yang konstan
atau selalu tunduk dengan aturan kesepakatan, yang harus dikuasai secara
kognitif ; (2) sesuatu yang diamati dan terukur yang penguasaannya harus
terlihat adanya keterlibatan fisik atau otot yang dikenal dengan kemampuan
psikomotor; (3) kebermanfaatan ilmu pengetahuan tersebut secara langsung atau
tidak langsung dalam menunjang kebutuhan hidup atau dalam sistem sosial,
penguasaan fisika yang berkaitan dengan kebermanfaatan ini dikenal dengan
kemampuan afektif (Sutarto, 1996:10).
Berdasarkan
uraian di atas, dapat dipahami bahwa
mempelajari fisika tidak hanya mendengarkan ceramah saja tetapi harus disertai
keaktifan peserta didik secara langsung dalam pembelajaran. Berkaitan dengan
hal tersebut, maka tujuan pembelajaran fisika di sekolah adalah agar peserta
didik menguasai konsep-konsep fisika dengan benar, sistematis dan praktis.
2.3
Evaluasi
Pembelajaran
Evaluasi merupakan unsur kegiatan
penting dalam proses proses pembelajaran, karena melalui evaluasi dapat
diketahui apakah tujuan yang direncanakan atau perubahan tingkah laku sebagai
hasil belajar dapat tercapai atau tidak, serta seberapa jauh keberhasilan
belajar tersebut dapat dicapai.
Sebagai alat
penilai hasil pencapaan tujuan dalam pengajaran, evalussi harus dilaksanakan
secara terus-menerus. Evaluasi itu lebih dari sekedar untuk menentukan angka
keberhasilan belajar. Hal paling penting mengenai evaluasi adalah sebagai dasar
untuk umpan balik atau feed back dari
proses belajar mengajar yang dilaksanakan. Oleh karena itu, kemampuan guru
menyusun alat dan melaksanakan evaluasi merupakan bagian dari kemampuan
menyelenggarakan proses belajar mengajar secara keseluruhan (Ali, 2004:113).
Penilaian digunakan untuk
mengetahui keberhasilan pembelajaran yang mencakup berbagai segi pengalaman
belajar yang sesuai dengan tujuan, maka pelaksanaan evaluasi hendaknya dilakukan
secara terus menerus, melalui evaluasi terhadap proses pembelajaran itu
sendiri, dan evaluasi terhadap hasil yang dicapai.
Menurut Ibrahim (2007) menyatakan
ada dua focus evaluasi yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi
proses difokuskan pada proses pendidikan yang dilaksanakan serta berbagai
variabel yang terlibat dalam proses pendidikan tersebut. Sedangkan dalam
evaluasi hasil focus utama evaluasi adalah pada hasil belajar peserta didik.
Evaluasi ini biasanya dapat dijadikan sebagai dasar baik untuk kepentingan
mengetahui keberadaan hasil belajar maupun sebagai dasar untuk memperbaiki
proses pembelajaran.
Berdasarkan hal tersebut dapat
diketahui bahwa evaluasi proses selain mengevaluasi kesesuaian proses
pembelajaran dengan upaya pencapaian tujuan, juga mengevaluasi
perubahan-perubahan tingkah laku yang secara bertahap dicapai oleh siswa.
Sedangkan evaluasi terhadap hasil pembelajaran yang dicapai dimaksudkan untuk
mengetahui apakah tujuan yang direncanakan dapat dicapai, serta seberapa jauh
keberhasilan pencapaian tujuan tersebut.
Jenis evaluasi Pembelajaran, Authentic assessment adalah bentuk
penilaian yang mengukur tingkat pengetahuan dan keterampilan siswa, yang tidak
hanya meninjau dari aspek hasil akhir dari suatu pembelajaran, tetapi juga
meninjau dari proses dan kinerja yang dilakukan siswa dalam mencapai pengetahuan
dan keterampilan tersebut (Nurhadi dan senduk, 2003:51).
O’Malley dan Pierce dalam Ilman
(dalam Silaningtyas, 2009) mengelompokkan penilaian autentik menjadi tiga, sebagai
berikut (1) Penilaian kinerja (Performance
assessment), Penilaian kinerja digunakan untuk menilai kemampuan siswa
melalui penugasan yang dirancang khusus untuk menghasilkan respon, (2) Penilaian
portofolio, portofolio merupakan bentuk penilaian yang didasarkan pada kumpulan
hasil karya siswa dengan tujuan untuk menunjukkan kemampuan hasil belajarnya,
(3) Penilaian oleh siswa sendiri, penilaian oleh siswa sendiri dilakukan secara
terintegrasi.
Penelitian yang dilakukan Moon (2005) telah membuktikan bahwa
pengembangan penilaian otentik di sekolah telah mendapat respon yang positif
baik oleh guru maupun siswa. Hasil penilaian otentik lebih dapat memberikan
informasi hasil belajar yang konsisten dibanding dengan teknik penilaian yang
tradisional (paper and pencil test). La Lopa (dalam
Haryono, 2009) menyatakan bahwa penilaian yang dapat mengungkap pengetahuan
siswa secara baik, yang merujuk pada taksonomi Bloom yaitu: knowledge,
comprehension, application, analysis, synthesis, dan evaluation guru harus mengungkap
dengan berbagai teknik. Kemampuan siswa tersebut tidak dapat hanya diungkap
dengan paper and pencil test. Salah satu cara yang
diutarakan oleh La Lopa adalah dengan teknik penilaian yang menyeluruh, baik
secara tertulis maupun lisan.
Bentuk-bentuk evaluasi pelaksanaan
evaluasi ditinjau dari sasaran yang hendak dicapai dapat dibedakan ke dalam
empat macam, yaitu: (1) Evaluasi formatif, yaitu evaluasi yang dilaksanakan
setiap kali selesai pelaksanaan proses pembelajaran tertentu, (2) Evaluasi
sumatif, yaitu evaluasi yang dilaksanakan setiap akhir pembelajaran pada suatu
program atau sejumlah unit pelajaran tertentu, (3) Evaluasi diagnostik, yaitu
evaluasi yang dilaksanakan sebagai sarana diagnose, (4) Evaluasi penempatan,
yaitu evaluasi jika perencanaan pembajaran menuntut adanya pembedaan siswa
berdasarkan kelompok, baik dalam keberhasilan atau program yang dipilih. (Hakiim,
2008: 166)
Menentukan tingkat keberhasilan berdasarkan
hasil evaluasi dapat digunakan tiga macam acuan, yaitu: (1) Penilaian Acuan
Patokan (PAP) atau Criterion Refference
Evaluation. Dalam evaluasi semacam ini ditentukan terlebih dahulu patokan
keberhasilan. Nilai keberhasilan evaluasi didasarkan pada patokan ini, (2) Penilaian
acuan Norma (PAN) atau Norm Refference
Evaluation. Nilai keberhasilan ditentukan berdasarkan norma keberhasilan
kelompok, (3) Gabungan acuan patokan dan
norma.
Evaluasi berdasarkan taksonomi
bloom, meliputi: (1) Evaluasi Aspek Kognitif, ada enam tingkatan yang dinilai
yaitu, pengetahuan (knowledge) berhubungan
dengan kemampuan mengingat, pemahaman (comprehension)
berhubungan dengan kemampuan memahami arti
suatu materi pembelajaran, penerapan (application)
berhubungan dengan kemampuan menerapkan atau menafsirkan suatu materi pembelajaran
yang sudah dipelajari ke dalam situasi baru atau situasi yang konkret, seperti
menerapkan suatu metode, konsep prinsip atau teori, Analisis (Analysis) berhubungan dengan kemampuan
menguraikan sesuatu ke dalam komponen-komponen atau bagian sehingga susunannya
dapat dimengerti, sintesis (synthesis)
menunjukkan pada menghimpun bagian ke dalam suatu keseluruhan, Evaluasi (evaluation) berhubungan dengan kemampuan
membuat penilaian terhadap sesuatu berdasarkan pada maksud atau kriteria
tertentu, (2) Evaluasi Aspek Psikomotor, Psikomotor atau keterampilan adalah melakukan
suatu jenis kegiatan tertentu, dicapainya keterampilan yang diperoleh siswa
ditandai oleh adanya kemampuan menampilkan bentuk-bentuk gerakan tertentu dalam
melakukan suatu kegiatan, sebagai respon dari rangsangan yang datang, (3) Evaluasi
Aspek Afektif, Evaluasi pada siswa berkaitan dengan afektif atau sikap dilakukan
melalui pengamatan dan interaksi langsung dengan siswa secara terus menerus.
Instrumen evaluasi menggunakan angket atau inventori, bukan berdasarkan tes (Hakiim,
2008:171-172).
Pelaksanaan evaluasi dapat
dilakukan dengan dua macam teknik yaitu
1. Teknik
Non Tes, umumnya menggunakan alat-alat yaitu:
a.
Wawancara atau
interview
Teknik ini dilakukan dengan
mengadakan tanya jawab, baik secara langsung maupun tidak langsung.
b.
Angket, dianggap
memiliki kesamaan dengan wawancara akan tetapi anget dilaksankan secara tertulis,
sedangkan wawancara secara lisan maupun tulisan.
c.
Pengamatan atau
observasi, melakukan pengamatan terhadap objek atau kegiatan baik langsung maupun
tidak langsung, alat yang digunakan berupa panduan observasi yang disusun dalam
bentuk check list atau skala
evaluasi.
d.
Daftar Check
e.
Skala Evaluasi
Bentuk bukan tes banyak sekali
digunakan terutama dalam melakukan evaluasi terhadap keterampilan karena pelaksanaannya
lebih banyak menekankan pada proyek kegiatan atau kehidupan.
2.Teknik
Tes
Teknik
tes dapat dilaksanakan dengan tiga cara, yaitu
a.
Tes lisan
Tes lisan dilakukan secara verbal
untuk menilai kemampuan memecahkan masalah, proses berpikir melihat hubungan
sebab akibat, dan mempertanggungjawabkan pendapat
b.
Tes tulisan
Dilakukan secara tertulis baik soal
maupun jawabannya. Teknik ini mempunyai kegunaan yang sangat luas
c.
Tes perbuatan
Tes yang dilaksanakan dengan
jawaban menggunakan tindakan atau perbuatan. Ini banyak berfungsi menilai psikomotor
siswa. Tes ini terutama bertujuan untuk menilai kemampuan:
1)
Manipulatif, yaitu
kemampuan menggunakan alat-alat tertentu.
2)
Manual, yaitu kemampuan
melakukan perbuatan berdasarkan petunjuk kerja tertentu.
3)
Non verbal kemampuan
yang susah diungkapkan secara verbal, namun diungkapkan dalam bentuk perbuatan.
4)
Meningkatkan kesadaran
diri tentang kemampuannya, sehingga menimbulkan motivasi belajar.
Bentuk-bentuk soal tes yang
digunakan dalam evaluasi proses pembelajaran ada dua yaitu berupa tes essay
(uraian) dan tes objektif atau pilihan ganda (Hakiim, 2008:167-168).
2.4 Performance Assessment dalam
Pembelajaran Fisika
Perbedaan
Individual dalam perkembangan kognitif menunjukkan kepada perbedaan dalam
kemampuan dan kecepatan belajar. Perbedaan-perbedaan individual peserta didik
akan tercermin dalam sifat-sifat atau ciri-ciri mereka baik dalam kemampuan,
keterampilan maupun sikap dan kebiasaan belajar, kualitas proses dan hasil
belajar, baik dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotor (Asrori, 2007:56).
Berkaitan
dengan penilaian dari segi psikomotor atau keterampilan siswa maka diperlukan
alat penilaian yang biasa disebut Performance
assessment . Performance assessment
merupakan penilaian kinerja yang dilakukan terhadap siswa berupa keaktifan
dalam berdiskusi, melakukan percobaan serta hal-hal yang berkaitan dengan
keterampilan siswa dalam menerapkan konsep.
Pembelajaran
fisika mengutamakan proses dalam mentransfer ilmu, konsep, hukum-hukum. Adanya
konsep-konsep yang diajarkan dalam materi fisika diperlukan adanya pendiskusian
serta percobaan untuk membuktikan suatu peristiwa dan konsep yang ada dengan
tujuan agar konsep atau materi tersebut mudah dipahami siswa. Oleh karena itu, Performance Assessment memiliki kaitan
yang erat dengan pembelajaran fisika.
BAB
3 METODE PENULISAN
3.1
Bentuk Penulisan
Penulisan
karya tulis ini adalah penulisan non eksperimental yang berbentuk literary review dimana masalah dikaji
dan ditelusuri dari informasi berdasarkan pustaka atau literatur yang ada.
3.2 Sumber Data
Studi
pustaka dilakukan di UPT Perpustakaan Universitas Jember dengan media teknologi
informasi internet. Data yang digunakan adalah jenis data sekunder yang didapat
dari laporan tugas akhir, jurnal dan berbagai macam buku serta sumber lainnya.
3.3 Metode
Metode
yang digunakan dalam menyusun karya tulis ilmiah ini adalah studi
pustaka yang meliputi:
1.
Merumuskan
permasalahan yang berkaitan tentang analisis
penggunaan performance assessment
dalam pembelajaran fisika
2.
Menelusuri pustaka
lewat browshing internet dan diskusi serta sharing dengan ahli dan sejawat.
3.
Mendeskripsikan
secara representatif permasalahan dari beberapa pustaka yang ada.
4.
Melakukan kajian
pemecahan masalah-masalah yang ada berdasarkan data dan informasi yang ada dan
dilanjutkan
dengan menarik kesimpulan dari hasil pembahasan terhadap permasalahan yang
dirumuskan.
3.4 Batasan Masalah
Dalam
karya tulis ini pembahasan dibatasi pada hal-hal yang berkaitan dengan Analisis
Performance Assessment dalam
pembelajaran fisika sebagai upaya peningkatan kualitas pembelajaran di Sekolah.
Performance assessment yang dimaksudkan adalah penilaian kinerja
terhadap psikomotor atau keterampilan siswa yang digunakan dalam mengevaluasi
proses pembelajaran fisika.
BAB 4 ANALISIS DAN SINTESIS
Berdasarkan
permasalahan yang ada dan telaah pustaka yang dilakukan maka diketahui bahwa sebagian
besar guru fisika belum membuat performance
assessment dan sebagian lain membuat performance
assessment tetapi kurang begitu maksimal untuk menilai psikomotor atau
keterampilan kinerja siswa.
Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
atau Sains. Sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis berupa penemuan, penguasaan, kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
konsep-konsep, atau prinsip-prinsip serta prospek pengembangan lebih lanjut
dalam menerapkan pengetahuan di dalam
kehidupan sehari-hari (Depdiknas, 2003:2).
Pembelajaran fisika berbasis
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) mengutamakan keaktifan siswa dalam
proses pembelajaran menganggap siswa sebagai subjek dalam pembelajaran. Tuntutan pada kurikulum KTSP penilaian harus mengarah pada
kompetensi siswa, sesuai dengan kompetensi tuntutan kurikulum. Kompetensi yang
dimaksud pada kurikulum adalah kemampuan yang dapat dilakukan peserta didik
yang mencakup pengetahuan, ketrampilan dan perilaku. Penilaian harus mengacu
pada pencapaian standar kompetensi siswa.
Dalam
pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan ini berpusat pada potensi, perkembangan,
kebutuhan dan kepentingan siswa dan lingkungannya dengan harapan bahwa pencapaian tujuan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan relevan dengan apa yang dibutuhkan di
masyarakat. Beragam dan Terpadu yaitu pengembangan kurikulum memperhatikan
keragaman karakteristik siswa, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan.
Pengembangan kurikulum berdasarkan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni yang berkembang secara dinamis. Sains,
teknologi, dan seni berkembang begitu cepatnya. Kurikulum hendaknya memberikan
pengalaman belajar kepada siswa untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Relevan dengan kebutuhan kehidupan, kurikulum
yang disusun hendaknya mampu untuk mengembangkan beberapa keterampilan atau keahlian
menghadapi hidup (life skills). Menyeluruh atau komprehensif dan
berkesinambungan berkaitan dengan pembelajaran fisika maka kita ketahui bahwa
materi dalam pelajaran fisika bersifat menyeluruh dan saling berkaitan diantara
jenjang pendidikan. Belajar seumur hidup, berkaitan dengan pembelajaran fisika
maka kita ketahui bahwa fisika sangat erat dengan peristiwa yang ada dalam
kehidupan sehari-hari maka siswa belajar seumur hidup melalui proses pengembangan,
pembudayaan, dan pemberdayaan. Memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan
yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
Pembelajaran
fisika merupakan upaya sistematik untuk membantu peserta didik dalam proses
belajar mengajar untuk mempelajari fisika. Adapun hakikat pembelajaran fisika
adalah proses dan produk. Sehingga adanya proses dalam pembelajaran inilah
sangat penting untuk diperhatikan. Di dalam proses pembelajaran terjadi
transfer ilmu, sehingga diharapkan adanya perubahan tingkah laku pada diri
siswa, perubahan tingkah laku dari segi kognitif, afektif dan psikomotor. Hal
tersebut dapat dilihat dan diamati melalui berbagai bentuk keaktifan siswa
dalam pembelajaran yang sangat
beranekaragam. Keaktifan itu meliputi keaktifan dalam penginderaan yaitu,
mendengar melihat, mencium, merasa dan meraba, mengolah ide-ide dan menyatakan
ide-ide dan melakukan latihan yang berkaitan dengan pembentukan keterampilan
jasmaniah.
Kegiatan
penginderaan dalam proses pembelajaran yang paling menonjol adalah mendengar
dan melihat. Melalui mendengar dan melihat dapat ditangkap kesan tentang objek
yang datang dari luar diri, yang menjadi dasar pembentukan pemahaman dan
segi-segi tingkah laku lain. Mendengar berkaitan dengan penginderaan terhadap
suara, sedangkan melihat berkaitan dengan objek nyata seperti peragaan atau
demonstrasi, meningkatkan hasil pembelajaran melalui proses melihat dan
mendengar, sering digunakan alat bantu dengar pandang atau biasa disebut media
pembelajaran atau alat peraga. Penggunaan indera disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan
dan semua bentuk pengideraan memiliki peranan yang penting dalam proses
pembelajaran.
Dalam
proses mengolah ide, siswa melakukan proses berpikir atau proses kognisi. Dari keterangan
yang disampaikan kepadanya baik secara lisan maupun tulisan, serta
tanggapannya, dimungkinkan terbentuk pengetahuan, pemahaman dan kemampuan menerapkan prinsip atau konsep,
kemampuan menganalisis, menarik kesimpulan dan menilai. Inilah bentuk-bentuk perubahan
tingkah laku kogntif yang dapat dicapai dalam proses pembelajaran.
Kemampuan
yang berhubungan dengan aspek kognitif ada yang termasuk dalam taraf kemampuan rendah, dan adapula yang termasuk
taraf kemampuan tinggi. Taraf kemampuan rendah meliputi kemampuan mengetahui
dan memahami, sedangkan kemampuan kognitif tinggi meliputi penerapan
menganalisis, sintesis / penyimpulan, dan penilaian. Jadi kemampuan kognitif
rendah dipandang sebagai kemampuan yang
berkaitan dengan proses berpikir sederhana, sedangkan kemampuan kognitif yang tinggi
berhubungan dengan proses berpikir yang rumit atau komplek.
Bentuk
perubahan tingkah laku lain yang seharusnya dapat dicapai melalui proses belajar,
disamping tingkah laku kognitif, juga tingkah laku afektif (sikap), dan tingkah
laku psikomotorik (keterampilan). Kedua bentuk tingkah laku ini berkaitan erat
dengan kemampuan kognitif. Sikap dapat muncul jika siswa memiliki kemampuan
kognitif dan keterampilan tertentu. Demikian pula keterampilan muncul jika siswa memiliki kemampuan kognitif
tentang hal yang berhubungan dengan pelaksanaan suatu kegiatan tertentu, dan
memiliki sikap positif terhadap kegiatan
tersebut. Namun demikian, segi kognitif yang berkaitan dengan segi keterampilan
merupakan dasar saja. Untuk meningkatkan keterampilan tersebut diperlukan latihan-latihan tertentu.
Oleh karena itu, kegiatan dalam proses belajar yang bertujuan untuk membentuk
tingkah laku psikomotorik dapat dicapai dengan melalui latihan-latihan.
Berkaitan dengan psikomotor, Bloom
(1979) berpendapat bahwa ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang
pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan
fisik. Singer (1972) menambahkan bahwa mata pelajaran yang berkaitan dengan
psikomotor adalah mata pelajaran yang lebih beorientasi pada gerakan dan
menekankan pada reaksi–reaksi fisik dan keterampilan tangan. Keterampilan itu
sendiri menunjukkan tingkat keahlian seseorang dalam suatu tugas atau
sekumpulan tugas tertentu.
Ada beberapa ahli yang menjelaskan
cara menilai hasil belajar psikomotor. Ryan (1980) menjelaskan bahwa hasil
belajar keterampilan dapat diukur melalui (1) pengamatan langsung dan penilaian
tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung, (2)
sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada
peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap, (3) beberapa
waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya.
Sementara itu Leighbody (1968) berpendapat Pengembangan Perangkat Penilaian
Psikomotor bahwa penilaian hasil belajar psikomotor mencakup: (1) kemampuan menggunakan
alat dan sikap kerja, (2) kemampuan menganalisis suatu pekerjaan dan menyusun
urut-urutan pengerjaan, (3) kecepatan mengerjakan tugas, (4) kemampuan membaca
gambar dan atau simbol, (5) keserasian bentuk dengan yang diharapkan dan atau
ukuran yang telah ditentukan.
Dari penjelasan di atas dapat
diketahui bahwa dalam penilaian hasil belajar psikomotor atau keterampilan
harus mencakup persiapan, proses, dan produk. Penilaian dapat dilakukan pada
saat proses berlangsung yaitu pada waktu peserta didik melakukan praktik, atau
sesudah proses berlangsung dengan cara mengetes peserta didik.
Evaluasi
dalam proses belajar mengajar sebenarnya bukan hanya siswa tetapi juga sistem
pengajarannya. Oleh karena itu dalam proses belajar mengajar terdiri dari
rangkaian tes yang dimulai dari tes awal/entering
behavior untuk mengetahui mutu/isi pembelajaran apa yang sudah diketahui
oleh siswa dan apa yang belum terhadap rencana pelajaran yang akan diajarkan (Harjanto,
1997: 297).
Berdasarkan
pada jenis-jenis evaluasi terdapat evaluasi proses dan hasil belajar. Evaluasi
proses belajar bertujuan mengetahui tinggi rendahnya keaktifan belajar dari
setiap siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Pelaksanaan evaluasi
dilakukan dengan pengamatan. Penyusunan panduan menggunakan model daftar cek (check list) atau skala evaluasi, dengan prinsip pembuatan skala.
Segi-segi yang dinilai dari evaluasi proses meliputi: (1) Bentuk-bentuk
kegiatan yang dilakukan, (2) Kesungguhan dalam belajar, (3) Hasil yang dicapai
dari setiap kegiatan yang dilakukan.
Segi-segi
yang dievaluasi itu dikembangkan secara lebih rinci disesuaikan dengan maksud evaluasi.
Pembuatan daftar cek dapat menggambarkan frekuensi melakukan kegiatan,
sedangkan dengan skala evaluasi melalui pengamatan menggambarkan tinggi
rendahnya kemampuan melaksanakan kegiatan dalam pembelajaran, serta
keberhasilan yang dicapai melalui bentuk kegiatan yang dilakukan.
Dalam
pembelajaran fisika, pengembangan dari segi psikomotorik dilakukan dengan
penilaian terhadap keaktifan siswa pada saat melakukan praktikum, merangkai
percobaan, melakukan demonstrasi dan berdiskusi. Dari kegiatan tersebut
keterampilan siswa dapat dilatih. Pemahaman siswa akan lebih luas dan mendalam karena siswa melakukan langsung apa yang ada pada konsep fisika.
Sehingga selanjutnya hal tersebut menjadi dasar yang sangat penting bagi
seorang guru untuk membuat instrument performance
assessment.
Berkaitan
dengan teknik pelaksanaan evaluasi yang ada pada telaah pustaka, teknik non tes maupun tes bisa digunakan untuk
menilai performance siswa. Pada
teknik non tes yaitu wawancara misanya untuk menanyakan hal yang berkaitan
dengan keaktifan siswa dalam pembelajaran fisika, angket misalnya berisi
beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan keaktifan siswa, observasi atau
melakukan pengamatan terhadap keaktifan siswa dan check list untuk menilai beberapa hal yang berkaitan dengan kinerja
yang perlu dilakukan siswa selama proses pembelajaran. Alat non tes tersebut banyak
digunakan sebagai instrument penilaian kinerja atau keterampilan. Selain itu
juga, teknik tes yang berupa tes perbuatan banyak berfungsi untuk menilai aspek
psikomotor siswa berkaitan dengan tujuan untuk menilai siswa atau kemampuan
siswa melakukan perbuatan berdasarkan petunjuk kerja atau aturan tertentu.
Jenis
kegiatan yang dapat dilakukan dalam pengembangan non tes yang baik, ada
beberapa tahapan yaitu:
1.
Merencanakan non tes
(biasanya menggunakan kisi-kisi)
2.
Menulis butir-butir
pertanyaan
3.
Mereview atau menelaah
pernyataan berdasarkan pertimbangan para pakar
4.
Mengujicobakan ke
lapangan
5.
Mengolah hasil uji coba
6.
Menyempurnakan
butir-butir pernyataan yang belum baik berdasarkan pengolahan hasil uji coba.
7.
Menyimpan buir-butir
pernyataan non tes
Pengembangan
non tes perlu dilakukan agar suatu alat penilaian tersebut memiliki nilai
validitas dan reliabilitas yang baik. Validitas merupakan nilai kebenaran atau
keabsahan dari suatu non tes, sedangkan reliabilitas berkaitan dengan tingkat ketelitian
dari alat non tes.
Penilaian
performance assessment lebih mengarah
pada penilaian psikomotorik, adapun kita ketahui bahwa bentuk-bentuk keterampilan
seseorang itu ada tiga macam yaitu:
a.
Rangkaian respons atau reaksi merupakan rangkaian gerakan-gerakan
yang mengikuti urutan tertentu untuk
menyelesaikan pekerjaan tertentu.
b.
Koordinasi gerakan,
siswa dituntut untuk memadukan sejumlah anggota badan.
c.
Pola-pola respons atau
reaksi berkaitan dengan keterampilan yang dimilki dalam mereaksikan rangsangan,
sehingga dapat diperlihatkan respons baru dalam mereaksi rangsangan tersebut.
Berdasarkan
ketiga macam bentuk keterampilan di atas maka bentuk tes
untuk mengukur aspek psikomotor,
penampilan atau kinerja (performance)
yang telah dikuasai siswa yaitu:
a.
Tes identifikasi yaitu
mengukur kemampuan siswa mengidentifikasi sesuatu.
b.
Tes simulasi yaitu
mengukur kemampuan siswa melalui simulasi atau bantuan alat peraga.
c.
Tes sampel atau contoh
kerja (work sampel), yaitu untuk
mengetahui penguasaan keterampilan dalam penggunaan suatu alat dengan
menggunakan alat yang sesungguhnya, dalam pembelajaran fisika biasanya disebut
dengan tes saat pratikum.
Ketiga
bentuk tes di atas itu jika diterapkan dalam pembelajaran fisika tertuang dalam
rubrik penilaian.
Rubrik
merupakan alat pemberi skor yang berisi daftar kriteria untuk sebuah pekerjaan
atau tugas (Rustaman, 2006). Rubrik yaitu alat
skoring yang memuat kriteria suatu pelaksanaan pekerjaan atau
hasil kerja, pedoman penilaian yang dipakai dalam penilaian.
Dengan adanya kriteria, penilaian yang subjektif atau tidak adil dapat
dihindari atau paling tidak dikurangi, guru menjadi lebih mudah menilai
prestasi yang dapat dicapai peserta didik, dan peserta didik pun akan terdorong
untuk mencapai prestasi sebaikbaiknya karena kriteria penilaiannya jelas.
Rubrik
untuk menilai tingkat keaktifan, kemampuan dan keterampilan siswa dalam melakukan suatu prosedur kerja, misalkan saja
dalam diskusi yang dinilai adalah berkaitan dengan bagaimana siswa tersebut
mempresentasikan hasil diskusi kelompok, kemampuan memahami materi diskusi,
kemampuan menyampaikan pendapat, serta kemampuan menjawab pertanyaan dari kelompok lain. Dalam
hal praktikum yang dinilai adalah mengenai identifikasi variabel, merangkai alat
percobaan, pemahaman mengikuti langkah kerja, atau mendemostrasikan suatu
peristiwa fisika yang ada di alam.
Adapun
langkah pengembangan rubrik meliputi menentukan konsep/kinerja yang akan
dinilai dalam hal tertentu, merumuskan urutan konsep berkaitan dengan kriteria
yang akan dinilai, menentukan prioritas konsep, menentukan skala atau
penskoran, mendeskripsikan kinerja sesuai dengan proses yang akan dinilai, uji
coba penggunaan rubrik terhadap siswa, revisi & review skala.
Berikut
ini adalah contoh bentuk rubrik sebagai bentuk instrumen performance assessment dalam hal penilaian presentasi hasil kerja
kelompok.
Rubrik :
penilaian presentasi hasil kerja kelompok
Anggota Kelompok : 1)…………… 2) …………… 3) ………………….
Nilai : ……………………………..
Anggota Kelompok : 1)…………… 2) …………… 3) ………………….
Nilai : ……………………………..
Nilai
|
Deskripsi
|
4
|
Substansi yang dipresentasikan sangat lengkap
Cara menyajikan sangat runtut/sistematis
Media/alat bantu yang digunakan sangat menarik dan
tepat
Semua anggota terlibat aktif dalam diskusi
|
3
|
Substansi yang dipresentasikan lengkap
Cara menyajikan cukup runtut
Media/alat bantu yang digunakan menarik dan tepat
Semua anggota terlibat aktif dalam diskusi
|
2
|
Substansi yang dipresentasikan cukup lengkap
Cara menyajikan
runtut
Media/alat bantu
yang digunakan menunjang
Sebagian besar
anggota kelompok aktif dalam diskusi
|
1
|
Substansi yang dipresentasikan
kurang lengkap
Cara menyajikannya tidak runtut
Tidak menggunakan media/alat bantu
Anggota kelompok tidak terlibat aktif dalam diskusi
|
Rubrik
sebagai salah satu instrumen penilaian performance
assessment harus disusun disesuaikan dengan
materi yang diajarkan, metode pembelajaran yang digunakan sehingga
terjadi kesesuaian antara yang dinilai yaitu
kemampuan atau keterampilan yang
harus dikuasai siswa dengan materi yang
diajarkan. Serta kesesuaian dengan
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran.
Berdasarkan
analisis permasalahan, hakikat pembelajaran fisika berupa proses dan produk
maka untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran fisika sangat diperlukan
adanya performance assessment. Performance assessment ini untuk menilai
siswa dari segi psikomotornya sehingga pembuatan performance assessment atau instrumen penilaian kinerja berupa
rubrik sangat diperlukan untuk menilai seberapa besar keaktifan siswa dan
pemahaman siswa mengenai materi melalui kegiatan kinerja seperti diskusi, praktikum,
eksperimen dan demonstrasi. Seorang guru hendaknya menyusun performance assessment secara baik, benar
dan tepat. Selain itu, diperlukan tindakan yang tegas dari pihak dinas
pendidikan kepada kepala sekolah untuk memberikan pengarahan kepada guru fisika
agar menyusun performance assessment.
BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan analisis terhadap
kurikulum KTSP, pembelajaran fisika, jenis-jenis evaluasi dan hubungan antara performance assessment dengan
pembelajaran fisika maka dapat disimpulkan bahwa analisis performance assessment sangat diperlukan dalam pembelajaran fisika
sebagai upaya peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah. Dalam pembelajaran
fisika performance assessment sangat
diperlukan untuk memberikan penilaian dari segi psikomotorik siswa.
5.2
Rekomendasi
Dengan
adanya penulisan karya tulis ilmiah ini mampu memberikan alternatif bahwa pengembangan performance asssessment sangat penting dalam menilai perkembangan psikomotorik siswa maka pentingnya seorang
guru membuat instrumen penilaian performance
assessment dalam pembelajaran fisika berupa rubrik untuk menilai keaktifan dan keterampilan siswa dan diperlukan
sebuah pelatihan pembuatan performance assessment bagi guru-guru yang belum bisa membuat performance
assessment secara baik, benar dan tepat.
DAFTAR
PUSTAKA
Ali,
Muhammad. 2004. Guru dalam Proses Belajar
Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo
Asrori, Mohammad. 2008. Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV
Wacana Prima
Depdiknas. 2007. Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:
Balitbang Depdiknas
Depdiknas. 2003. Standar
Kompetensi Mata Pelajaran Fisika. Jakarta:
Balitbang Depdiknas
Hakiim,
Lukmanul. 2008. Perencanaan Pembelajaran.
Bandung: CV
Wacana Prima
Harjanto.
1997. Perencanaan Pengajaran.
Jakarta: PT Rineka Cipta
Haryono, Agung. 2009. Authentic
Assessment dan Pembelajaran Inovatif dalam Pengembangan Kemampuan Siswa. JPE-Volume 2, Nomor 1
Ibrahim,
R dan Mohammad Ali. 2007. Teori Evaluasi
Pendidikan. Bandung:
PT IMTIMA
Leighbody, G.B. 1968. Methods of
teaching shop and technical subjects. New York: Delmar Publishing
Nurhadi
dan Senduk. 2003. Pembelajaran kontekstual
( Contextual Teaching and Learning) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: UM
PRESS
Moon T.R. et. al. 2005. Development
of Authentic Assessments for the Middle
School Classroom, The Journal of
Secondary Gifted Education Vol XVI No.2/3 Winter/Spring
Rustaman, Nuryani Y. 2006. Penilaian Otentik (Authentic Assessment) dan
Penerapannya dalam Pembelajaran Sains. http://client=firefox-a&rls=org.mozilla%3Aen-US%3Aofficial&channel=s&hl=id&source=hp&q=data+SMA+yang+menerapkan+performance+assessment&meta=&btnG=Penelusuran+Google
[03 Mei 2010]
Ryan,
D.C. 1980. Characteristics of teacher. A Research study: Their description,
comparation,
and appraisal. Washington, DC: American Council of
Singer,
R.N. 1972. The psychomotor domain: Movement behavior. London: Henry
Kimton Publisher
Slameto.
2003. Belajar dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya. Jakarta:
PT Rineka Cipta
Sudjana,
N. 2004. Dasar-dasar proses belajar
mengajar. Bandung: Sinar Baru Argesindo
Sudjana, N. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Sinar
Baru
Argesindo
Sukmadinata,
Nana Syaodih. 2009. Pengembangan
Kurikulum Teori Dan Praktik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sukmadinata,
Nana Syaodih dan R. Ibrahim. 2007. Teori
Kurikulum. Bandung:
PT IMTIMA
Sutarto.
1996. Pembelajaran Fisika. Jember:
UNEJ PRESS
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar